Bukan Sejarah, Bukan Budaya

Bismillahirahmanirahim, menulis artikel ini karena saya ingin melindungi akidah keluarga saya, orang-orang terdekat saya bahkan untuk masa depan saya. Sebuah kekhawatiran merajalela merasuki benak saya. Orang boleh bilang beriman tanpa rasa takut. It’s fine. Ketakutan terbesar bagi saya adalah Allah, karena saya merasa menjadi hamba yang hina dan penuh dosa. Bahkan hingga tumbuh selama 22 tahun ini dosa saya bertumpuk, intinya saya tidak mau menjadi rusak. Saya tidak peduli dengan omongan orang yang nantinya menjudge saya terlalu konservatif bahkan primitif. Saya akan memegang teguh sebuah prinsip. Masih berhubungan dengan hal-hal yang belakangan mencuat ke permukaan. Banyak sekali yang akhirnya membuka pintu hati saya dan mengirimkan pesan kepada otak serta hati saya agar selalu berhati-hati dalam melangkah. Mendengarkan lagu Ebith Beat A yang berjudul 24 tahun membuat saya makin merasa saya hanyalah hamba yang masih banyak kekurangan. Sebelum ke topik utama pembahasan refresh sejenak dengan lirik dari Ebith Beat A

Rap:

melupakan satu kewajiban kita di dunia
yang telah tertulisakan dalam agama
dalam keluarga banyak tergiur oleh fantasi dunia
rajin mencapai cita
ada yang jadi artis yang jadi pejabat
tapi kenapa kita suka lupa terhadap kewajiban kita semua
yang jadi artis banyak yang tidak hafal hadist
yang jadi pejabat banyak yang ninggalain sholat
ga jadi malu tetap begitu
padahal itu semua hanyalah tipu muslihat
biar kita dilaknat banyak ninggalin sholat
puasa apalagi dzikir cuma sekelebat

Rap bagian 2:

Allah subahanahuwataa’la memerintahkan kepada kita
semua makhluknya di dunia berusaha
mencukupi kebutuhan menafkahi keluarga
dari zaman Nabi adam mencari siti hawa
dan Rasulullah bergerak di bidang niaga
namun sebenarnya kita jangan lupa terhadap kewajiban kita semua
jangan lupa sholat, jangan lupa zakat, jangan lupa dzikir
sekarang mari kita evaluasi diri
apa kekurangan kita di dunia kita perbaiki
ya buat bekal nanti di alam kekal

Ya, persis, masih banyak kurang memang, saya tidak pernah tau kapan malaikat maut akan menjemput saya, namun tentunya saya ingin meninggal dalam keadaan Islam, Islam tanpa embel-embel, Islam yang di rahmati oleh Allah SWT, karena Islam adalah cahaya dari Allah. Hidup memang tidak pernah berubah ketika kita membaca kitab suci Al Quran, jika anda muslim tentu saja anda mempercayai Al Quran, hingga suatu masa saya pun pernah bertanya-tanya atau terlintaslah pikiran saya tentang beberapa hal yang belakangan menyita fokus saya, ya orang yang mengaku Islam namun mangkir dengan ajaran Allah, dengan alasan ingin melakukan pembaharuan dalam agama. Wah wah, banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang menyelimuti otak saya, dan jawabannya selalu saya temukan ketika saya membaca Al Quran. Ya, saya tidak akan ragu dengan Al Quran, dan jaman tidak akan berubah ketika kita membacanya. Karena hanya perubahan waktu, bahkan pola dan cara hidup ada juga kok di dalam Al Quran. Begini, beberapa orang berpikir Al Quran hanyalah bagian dari sejarah, bahkan agama pun sudah disebut-sebut hanyalah sejarah. Astagfirullah. Islam bagi saya tidak akan berubah, ajarannya tetap. Karena Islam telah menegaskan Islam adalah agama wahyu, dan jelas bukan sebuah sejarah.

Banyak sekali di dunia ini yang bisa memalingkan diri kita. Dan semua hal tersebut tidak lepas dari campur tangan setan, bahkan iblis. Saya heran seheran-herannya, mengapa masih saja menganggap agama sebagai sejarah belaka. Terutama Islam, tidak sedikit masih banyak yang berkata mengenakan jilbab = budaya Arab, dan ada juga yang mempertanyakan kenapa Quran harus berbahasa Arab? Lagi-lagi Arab yang dipermasalahkan, hello? Begini, Ibn Jarir meriwayatkan dari Sa’id ibn Jubair bahwa orang Quraisy berkata, “Mengapa Al Quran tidak diturunkan dalam bahasa asing dan sekaligus bahasa Arab?” maka turunlah ayat ini :

“Dan sekiranya Al Quran Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apa patut (Al Quran) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, “Al Quran adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al Quran) itu merupakan kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) lalu diperselisihkan. Sekiranya tidak ada keputusan yang terdahulu dari Tuhanmu, orang-orang kafir itu pasti sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya mereka benar-benar dalam keraguan mendalam terhadapnya. (Q.S Fushshilat (41) : 44-45)

Walaupun Al Quran diturunkan bukan dalam bahasa Arab, tetap aja nantinya mereka akan menolaknya dan meminta agar ayat-ayat dijelaskan secara terperinci dalam bahasa asing dan bahasa Arab. Kemudian turun ayat berikutnya yang menegaskan bahwa apapun yang diturunkan Allah, mereka tetap akan memperselisihkannya, seperti yang dilakukan kaum Nabi Musa as. yang memperselisihkan Taurat. Dan dipertegaskan kembali ini adalah perintah Allah, bukan budaya, bukan sejarah. Mengutip dari sebuah makalah bapak Adian Husaini dalam bahasannya yang serupa.

Semua akar persoalan ini sebenarnya berakar dari pandangan alam (worldwide) sekular yang menepis nilai-nilai sakralatis dan keagamaan dalam kehidupan. Agama dipandang sebagai produk budaya yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Konsep kebebasan dilepaskan dari unsur agama. Manusia meletakkan dirinya lebih tinggi dari Tuhan dan merasa mampu mengatur kehidupannya tanpa campur tangan Tuhan. Bahkan Tuhan dianggap membatasi kebebasan manusia. Nilai-nilai kebenaran dan moralitas pun dipandang relatif, sehingga benar dan salah pun menjadi relatif.

Seperti dalam lagunya Ebith Beat A, itu semua hanyalah tipu muslihat biar kita dilaknat, men. Wake up! Cara setan memperdaya manusia macam-macam rupanya, melalui cara halus mereka juga bisa, ada dua metode yang biasanya mereka gunakan. 1. Penjajahan, penindasan dan pembantaian berkedok pembersihan etnis. Ini adalah bentuk penindasan fisik. ; 2. Perancuan syariat Islam, ghazwul fikri (perang pemikiran), mengkondisikan agar umat ragu terhadap kebenaran dan keadilan Islam. Ini merupakan target utama mereka. Soalnya kalau ghazwul fikri mereka bebas menyusupi pemikiran-pemikiran, ya seperti mengatakan jilbab itu cuman budaya arab, bla bla bla.. Inilah saatnya untuk mengevaluasi diri, mempelajari kembali dan mengenal lebih dalam lagi tentang agama yang kita peluk, buat bekal nanti di alam kekal tentunya. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, mumpung masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri, karena bagi saya urusan agama ini bukan urusan remeh temeh, ini prinsip. Yaa Allah, siapa saja yang menginginkan kejahatan terhadap Islam dan kaum muslimin maka sibukkanlah ia dengan urusan dirinya sendiri, dan tolaklah makar dan rencana itu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tunjukkanlah jalan terang untuk mereka, bukakan hati mereka. Ya Rabb, lindungilah kami, akidah kami, dan berikan kepada kami kemampuan untuk membedakan yang haq dan yang bathil.

“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang kafir. Karena itu janganlah engkau tertipu oleh keberhasilan usaha mereka di seluruh negeri.” (Q.S. Gafir (40) : 4))

Wallahu ‘alam bishawab.

Leave a comment